Mahasiswa Unila Borong Empat Medali Kejurnas Taekwondo Championship di Universitas Indonesia
Mahasiswa Universitas Lampung (Unila) berhasil, memborong empat medali di dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) ATF Universitas Indonesia (UI) Taekwondo Championship terhadap 2‒4 Juni 2023. Mereka yakni Tiara Zalfa Nur’alifah (Kimia 21), Nadabunda Husnul Khotimah (Matematika 20), Nandia Devina Dwi H (Kimia 22), dan Ikhsan Muhamad Husein (Pendidikan Sejarah 19). Kejurnas ATF UI 2023, merupakan ajang kompetisi taekwondo tingkat nasional yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UI bekerjasama dengan Federasi Taekwondo Indonesia (FTI).
Ajang ini diikuti 900 atlet taekwondo berasal dari berbagai tempat di Indonesia, yang diakses secara formal Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Indonesia Dito Ariotedjo, dihadiri seluruh dojang taekwondo di Pulau Jawa. Dari empat medali yang diraih Unila, dua diantaranya medali emas yang dipersembahkan Tiara Zalfa Nur’alifah dan Nadabunda Husnul Khotimah. Sementara Nandia Devina Dwi raih medali perak dan Ikhsan Muhamad Husein raih perunggu.
Tiara Zalfa berterimakasih kepada para senior di UKM Taekwondo Unila, tetap berikan perlindungan dan impuls supaya membuatnya impuls berlatih ikuti kejuaraan. “Saya terinspirasi atlet-atlet Pelatda yang ikut bertanding terhadap kejuaraan taekwondo. Saya makin lama termotivasi untuk tetap berlatih dan tingkatkan kemampuan,” kata Tiara, Minggu (18/6/2023). Sementara itu, Nadabunda Husnul Khotimah terhitung mengungkapkan, raih medali terhadap kejuaraan nasional merupakan pengalaman terlalu berharga bagi dirinya. Namun perjalanan menuju keberhasilan itu tidak mudah, Nadabunda perlu merintis operasi anterior cruciate ligament di lututnya, akibat cedera kala bertanding di kejuaraan sebelumnya. Ia pun penasaran apakah kakinya sudah pulih dan siap untuk ulang bertanding.
“Saya bersyukur dapat raih medali emas, karena ini dambaan saya sejak dulu. Saya terhitung senang dapat bersua dengan teman-teman berasal dari UKM Taekwondo seluruh Indonesia, saya mau kejuaraan ini dapat menjadi awal yang baik untuk karir saya di taekwondo,” ungkap Nadabunda. Mereka jadi gembira dan bangganya atas pencapaiannya itu. Setelah berjuang keras dan mempertimbangkan banyak hal, ia jadi pantas mendapat apresiasi berasal dari dirinya sendiri.
UGM Resmikan Pusat Pelatihan Internasional Manajemen Ayam Petelur Bebas Sangkar
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama, Universitas Gadjah Mada, Ignatius Susatyo Wijoyo, M.M., dengan Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Ir. Budi Guntoro, dan CEO Global Food Partners, Elissa Lane, membuka pusat pelatihan internasional manajemen ayam petelur bebas sangkar pertama di Indonesia dan Asia. Selain lokasi pelatihan internasional terhitung dilengkapi kandang percontohan sistem memproduksi telur bebas sangkar berkapasitas 3.000 ekor di tempat sawah Kalijeruk, Widodomartani, Ngemplak, Sleman Yogyakarta. Peresmian ditandai pengguntingan pita dan pembukaan selubung papan nama oleh Wakil Rektor, Ignatius Susatyo Wijoyo, didampingi Budi Guntoro dan Elissa Lane, Jumat (16/6).
Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan pusat pelatihan internasional untuk manajemen ayam petelur bebas sangkar ini untuk pertama kalinya di Indonesia dan di Asia Tenggara. Ia berharap keberadaan kandang ini bakal mendorong peningkatan memproduksi telur berasal dari kandang bebas sangkar karena memproduksi telur bebas sangkar ini tekankan kesejahteraan hewan. Berbeda dengan sistem kandang konvensional yang belum tekankan kesejahteraan hewan dengan kandang sangkar. “Telur dengan bebas sangkar ini menanggung tingkat kesejahteraan hewan lebih tinggi. Istilahnya produknya adalah telur bahagia, kita mengharapkan nantinya kastemer dan peternak pun terhitung senang kecuali dapat diproduksi massal,” ujarnya.
Seperti diketahui, pusat pelatihan ayam petelur bebas sangkar ini berkapasitas 3.000 ekor dengan dilengkapi peralatan modern. Ignatius meminta terdapatnya produk telur berasal dari ayam bebas sangkar ini bakal tingkatkan tingkat energi saing di pasaran nasional dan internasional. Keberadaan pusat pelatihan bertaraf internasional ini menurutnya hasil berasal dari kolaborasi pada akademisi dengan industri di dalam membantu sumber pangan hewani yang maju dan berkelanjutan. “Kita meminta Fakultas Peternakan UGM dapat menjadi tuan rumah memproduksi telur bebas kandang sekaligus menjadi tempat riset mahasiswa, dosen dan industri berasal dari Indonesia dan berasal dari luar,”paparnya.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Budi Guntoro, mengatakan project pendirian pusat pelatihan internasional untuk manajemen ayam petelur bebas sangkar ini diinisiasi oleh Global Food Partner dan Universitas Gadjah Mada sejak th. 2020. Sempat tertunda selama pandemi, tapi pembangunannya baru di awali sejak Juni th. lalu. “Selesai dibangun bulan Januari lalu dengan perlindungan partner dan mitra, teknologi peralatannya khusus didatangkan berasal dari Belanda,”jelasnya.
Tidak cuma peralatan, perlindungan peneliti berasal dari Aeres University of Applied Science, Belanda terhitung membantu berdirinya pusat pelatihan dan kandang berkapasitas 3.000 ekor lebih ini. “Karena ini konsepnya ITC (International Training Center) dikehendaki dapat memberi tambahan pelatihan bagi peternak dan usahawan berorientasi terhadap cage free farm. Untuk distribusi produk kita kerja serupa dengan hotel, kita pun siap melatih para peternak mengenai manajemen dan budidayanya,” ujarnya.
Budi Guntoro menilai di era mendatang, model cage free farm ini potensial menjadi model peternakan di era depan dengan berkembnganya pemahaman kastemer soal telur yang sehat. “Kami meminta dengan dibangunnya project ini dapat berguna bagi dunia peternakan di Indonesia,”harapnya.
Kepada wartawan, Elissa Lane menjelaskan pihaknya membantu secara penuh keberadaan pusat pelatihan internasional untuk manajemen ayam petelur bebas sangkar di Indonesia supaya dapat memproduksi bahan baku rantai pasok perdagangan dunia untuk produk telur berasal dari ayam bebas sangkar.
“Kita ingin menerapkan praktik baik pola budi energi ayam petelur yang memprioritaskan kesejahteraan ternak dan membantu rantai pasok berkelanjutan. Saya kira ini praktik baik contoh lokal berasal dari Indonesia sebagai cuma satu di Asean,”katanya.
Menurut Elissa, pusat pelatihan bida dimanfaatkan secara penuh oleh para peternak, peneliti dan akademisi dan juga berasal dari industri di dalam pengembangbiakan ayam petelur bebas sangkar. “Kita ingin para pihak swasta, dokter hewan, peneliti dapat belajar model peternakan ini,”ungkapnya.
Model peternakan ini, katanya bakal diterapkan terhitung di negara di luar Indonesia. Dalam kala dekat rancangan yang serupa untuk peternakan ayam petelur bebas sangkar ini bakal dibangun di China. “Proyek yang serupa bakal dibangun di China. Kita ingin secara dengan mengakibatkan sesuatu yang berlainan dengan menyebabkan banyak peternak ayam petelur di seluruh dunia untuk belajar dan tertarik budi energi ternak dengan memuliakan hewan,”. Untuk iformasi lebih lengkap Visit bppp-tegal.